Sejarah Drama dan Sejarah Pementasan Lakon dari Zaman Purba Sampai Abad 20
Salam
cerdas, kali ini ceecant akan share tentang sejarah drama dan pementasan lakon dari zaman purba sampai abad ke 20. Pada zaman purba adalah lakon nyata tentang hidup yang bersumber dari tradisi, kebiasaan, dan budaya berkaitan dengan ritual dalam masyarakat. Dan sampai pada teater realis berkembang dengan munculnya penulisan teks dan kebebasan bereksperimentasi.
A. Zaman Purba
Menurut
Amir (1990) materi drama pada zaman purba adalah lakon nyata tentang hidup yang bersumber dari
tradisi, kebiasaan, dan budaya berkaitan dengan ritual dalam masyarakat. Para
aktor siapa saja yang terlibat dalam pementasan yang dilakukan secara spontan.
Tujuan pementasan untuk menghibur masyarakat sehabis melaksanakan kerja keras.
Setting
atau tempat bermain adalah alam terbuka di seputar api unggun. Penonton bebas
berpartisipasi, sebagai aktor dan
pemusik. Sifat unsur spectacle menonjol, menggunakan kostum yang dipakai masyarakat setempat,
menggunakan topeng dan bunyi-bunyian. Stage menyatu dengan alam.
B. Zaman Yunani
Drama
pada masa itu didahului pemberian korban
domba atau lembu kepada Dionysus, dengan nyanyian yang dinamakan tragedy. Dalam perkembangannya
Dionysus digambarkan sebagai manusia dan dipuja sebagai Dewa kesuburan. Tragedi
dilukiskan sebagai perjuangan manusia melawan nasib.
Sedangkan
komedi pada masa Yunani Purba berupa karikatur terhadap kesedihan dengan maksud
berolok-olok terhadap penderitaan, kebodohan, dll. (Harymawan, 1986:80). Tokoh
drama tragedi Yunani di antaranya
Aeschylus, Sopochles, Euripides. Drama ini dikenal sebagai drama 5 babak
(tragedi raja/ pahlawan). Pementasan sudah dilaksanakan dalam gedung teater. Sedangkan dalam drama komedi
dikenal tokoh seperti Aristophanes dan Menander.
C. Zaman Romawi
Pada
masa itu muncul pertunjukan yang mengerikan, dengan kostum dan setting yang
mewah melanjutkan tragedi Yunani. Mula-mula bersifat religius kemudian mengarah
pada pertunjukan adu kekuatan. Drama merupakan tradisi yang diselenggarakan
secara rutin untuk mempertunjukkan
kebesaran Roma.
D. Zaman
Pertengahan
Munculnya
genre drama keagamaan, drama gereja, abad 11-16, drama neoklasik yang
aturannya tidak seketat drama
klasik dari sudut keutuhan, waktu, dan
tempat. Lahir drama-drama nasional. Pementasan terbuka dengan panggung khusus.
Penyutradaraan berkembang. Naskah yang ditulis pada masa itu bersifat puitis,
agak bebas dalam penyusunan naskah, dan kurang mengikuti hukum-hukum dalam
drama berkait keutuhan tempat dan waktu, bersifat simultan dan penggarapannya
campuran antara tragedi dan komedi.
Tokoh-tokoh
drama terkenal di antaranya William Shakespeare. Pada pemerintahan Ratu
Elizabeth I (1558-1603) drama sangat berkembang. Ratu membangun
gedung-gedung teater dengan gaya megah.
Drama pada masa Elisabetan ini didominasi oleh William Shakespeare (1564-1616)
selain juga ada penulis naskah lain seperti Christopher Marlow, Thomas Kyd dan
Fletcher (Harymawan, 1986:83).
E. Abad 19
Lahirnya
gaya penulisan naturalisme dan realisme. Materi berupa problem sosial dan psikologis. Realisme terbagi dalam
realism sosial dan psikologis. Realisme sosial materi berkait dengan persoalan
rakyat jelata seperti petani, pelaut, buruh, dan sebagainya dengan akting wajar
seperti dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam
realisme psikologis akting mengacu pada unsur kejiwaan dengan memanfaatkan
penekanan intonasi kata kalimat, dan lambang-lambang. Beberapa penulis naskah
realis pada masa itu Hendrik Ibsen (Norwegia), Charles Bernard Shaw (Inggris),
August Strinberg (Swedia), dan
Eugene O’ Neil (Amerika). Selain gaya naturalis dan realis, pada masa ini
muncul aliran ekspresionis. Gaya ini terpengaruh realisme namun bersifat sangat
ekstrem, mementaskan keos dan kehampaan.
Drama
yang “ingin menyatakan sesuatu” berkembang di negara yang mengalami perang dan
revolusi seperti di Jerman dan Rusia. Ciri-ciri drama pada masa itu melakukan
pergantian dengan cepat, memanfaatkan pentas ekstrem dan fragmen yang filmis
atau meniru gaya film. Pengaruh kuat drama ini menginspirasi penulis Indonesia
melakukan protes sosial seperti Marsinah Menggugat, Tumirah Sang Mucikari, dan
Semar Gugat.
F. Abad 20
Teater
realis berkembang dengan munculnya penulisan teks dan kebebasan
bereksperimentasi. Pada masa ini muncul organisasi teater. Terdapat empat
aliran besar yang dipengaruhi oleh gaya atu aliran terdahulu yaitu
ekspresionis, realis, romantik, dan absurd. Teknik penyutradaraan agak longgar
dan cenderung kurang baku. Namun di antara aliran yang ada aliran absurd lebih
dominan dibandingkan aliran realisme dan ekspresionis. Karya-karya Samuel Beckett, Eugene Ionesco
mempengaruhi penulis naskah Indonesia seperti Iwan Simatupang, I Gusti Ngurah
Putu Wijaya, dan Arifin C. Noor.
Demikian
artikel tentang sejarah drama dan sejarah pementasan lakon dari zaman purba sampai abad ke 20, semoga berkah dan bermanfaat. Salam cerdas…..
Comments
Post a Comment